Love me please..!!!
“Siang, Vin..”, senyum Tora langsung menyambutku ketika aku membuka pintu keluar. “Tumben banget dia ke sini, pasti udah mau naik gunung lagi nih..”, gumamku dalam hati.
“Kaget neh.. Iya,,Iya,,aku tau.. hati-hati di jalan ya.. jangan mpe ngerjain yang nggak-nggak.. kalo dah pulang, kabarin aku,ya..”, ucapku acuh tak acuh karna sudah tau kalo dia pasti mau minta izin buat naik gunung lagi, sambil masuk kedalam lagi.
“Loh?? Kamu dah tau, Vin?? Pasti bunda yang ngasi tau,ya?? Bener. Aku mau naik gunung lagi, nih. Capek di rumah, ga’ da kerjaan. Ga’ papa ya? Thank’s banyak honey,,sweety.. ntar aku bawain bunga lagi deh..”, ucapnya tanpa rasa bersalah setelah ku sindir habis-habisan. Dia mengejarku ke dalam sambil berusaha berjalan tetap disebelahku.
“ga’ kok.. aku tau dari perkakas yang kamu bawa tuh.. mereka yang cerita.. kan kamu lebih suka pergi ma mereka daripada aku. Lagian mau bawa bunga lagi.. yang lusa kamu kasih aja masih basah. Nggak usah, Kamu nyampe aja, aku dah seneng kok..”, sindirku lagi. Dia hanya bisa tertawa lagi mendengarnya. Mungkin karna sudah terbiasa dengan sindiran2 dariku.
“iya, janji deh. Ntar abis dari sana, Kita langsung ngedate deh.. ya beibh? Minum dong..”, pintanya tanpa basa-basi, karna memang begitulah Tora. Karna sedang melakukan experimen pada Inilah tora,yang telah menjadi kekasihku hampir 6 bulan ini. Ia sangat mencintai gunung, bahkan mungkin melebihi cintanya padaku. Dan tahun baru ini, ia juga mewujudkan rasa cintanya itu. Tora selalu begitu,,tak pernah mendengarkanku.
Aku memang sdah sangat terbiasa dengan sikapnya itu. Selama tiga tahun ini, aku selalu memperhatikan semua sifat-sifatnya, dan mulai untuk mencintainya sepenuh dirinya. Namun, hanya satu hal yang sekarang aku cemaskan,akhir-akhir ini,nilai IP-nya mulai menurun,ayahnya marah besar setiap akhir semester ,dan ibunya juga sudah meminta padaku untuk menjaganya. Maka dari itu aku lebih mulai protektif padanya. Tapi,,seperti yang terlihat,,ia tak pernah mendengarkan aku,bahkan keluarganya. Akhirnya aku pun menyerah untuk terus menerus menasehatinya, dan menyerahkan semua keputusan pada dirinya sendiri,karna dirinya pun sudah dewasa
Esoknya,kami membuat janji bertemu di suatu taman dekat rumahnya. Baru saja aku dating,,ia langsung mengucapkan selamat tahun baru, kmudian memberikan beberapa bunga putih nan indah yang diikatnya dengan pita berwarna ungu. Menurutnya,,bunga itu langsung ia petik dari puncak gunung,dan namanya,,bunga keabadian. Dia melantunkan suatu harapan yang isinya,,semoga hubungan kami selalu abadi seperti nama bunga ini. Aku hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya,,ternyata anak ini bisa juga romantis. Dan pertemuan itupun berakhir sorenya setelah ia mengantarku pulang ke rumah.
YYYY
Sudah tiga minggu, aku tak bertemu dengan anak itu. Mungkin karna aku sangat sibuk akhir-akhir ini dan merasa bahwa waktu terlalu cepat berlalu. Namun, yang sangat mengecewakanku ialah, ia tak menghubungiku sedikitpun. Aku bisa mengerti bila mungkin dia juga memiliki tugas yang sama banyaknya denganku, tapi setidaknya,ia meluangkan waktu untk mengunjungiku, atau meghubngiku. Jujur, hanya kali ini aku mencoba agar tak menemuinya, karna sebelum2 ini, aku selalu mengalah dan bersedia untuk mengunjungi rumahnya, paling banter, aku tetap menghubunginya lewat ponsel. Awalnya, dengan sangat narsis, aku berpikir bahwa dia akan merasa kehilanganku dan rindu untuk menghubungiku. Dan kenyataannya,,beginilah,,sangat menyedihkan.
Dan akhirnya, karna rasa bosan dengan kesendirian yang kurasa, walau aku sudah memiliki kekasih(yang tak pernah memikirkanku), kuputuskan untuk membicarakan masalah yang serius ini dengannya. Pagi itu,,aku mencoba untuk bangun pagi dan mendatangi kampusnya. pukul sembilan pagi sebelum jadwal kuliahku dimulai, ku tancap gas motorku kesana. Sesampainya disana, kulihat hanya beberapa orang yang sudah datang kuliah, namun, kemana dia?? Aku tak melihat tora disiini. Kucoba untuk tetap berpikir positif, ah,,paling dia blum dateng, masih tidur mungkin. Agar tak merasa bosan, kudengarkan beberapa lagu dari mp4 yang setia dalam tas mini ku.
“..beri sdikit waktu,,agar ku terbiasa,,bernafas tanpamu,,bernafas tanpamu..
Tak pernah aku bermaksud,, megusikmu,,mengganggu setiap ketentraman hidupmu
Hanya tak mudah bagiku, lupakanmu, dan pergi menjauh,, pergi menjauh...“.
“Loh? Vindra? Da paan kesini?”. Sialan,,suara siapa sih?! Ganggu orang lagi enak aja..!! Oops,, Tora toh. Kirain siapa!!? Kubuka headset yang memenuhi telingaku dengan suara dari band LYLA kesayanganku itu.
“ada apa vin? Kok pagi2 udah nyampe disini? Bukannya ntar kamu ada jadwal kuliah sama dosen kamu yang killer itu?” tanyanya lagi sambil menerjangku dengan segudang pertanyaan itu.
“Eh,,akhirnya yang ditunggu dateng juga neh.. Udah selesai kuliahnya?”, tanyaku sedikit berbasa-basi.
“lagi ga’ ada jadwal kok pagi ni, kamu ndiri belum jawab pertanyaanku, da apaan kesini?”
“g’.. cma nyari angin segar aja. “, jawabku asal-asalan. Tora langsung bingung dengan jawabanku itu. Tapi, aku yakin dia tahu keadaan hatiku yang kacau ini, karna ia langsung berkata,
“oke deh. Aku ngalah kalo udah kayak gini. Kita bicarain di kafe deket sini bentar yuk!!?”. Tiba-tiba, ia langsung merebut kunci motorku, membawaku ke kafe dekat sana.
Setiba di kafe yang manis itu, kami memilih tempat duduk di pojok yang terlihat nyaman. Setelah memesan segelas chappucino untuknya dan segelas choco latte untukku, ia mulai pembicaraan dengan bertanya keeseharianku,
“oh ya, gimana kuliah kamu? Aman aja kan? Hari ini kamu masih ada jadwal?
“baek-baek aja kok. Cuma satu masalah aja, papa kamu sering banget ngeliat sinis ke arahku. Jadi risih.”, jawab ku jujur padanya. Papanya, Dr.Indriansyah memang terkenal dosen “killer” di kampusku. Saat pertama masuk kuliah, Tora bahagia karna berbeda universitas dengan kampus tempat ayahnya bekerja jadi ia bisa bebas dalam kampusnya, dan sedih karna berbeda kampus denganku, karna aku satu kampus dengan ayahnya, bahkan ayahnya menjadi dosen penagajar untuk jurusan IT, pada semester ke-5 ku ini. Memang kadang ayahnya itu melihat sinis kearahku, namun, ahamdulilah, IP ku tak pernah diturunkan.
“Hha.. emang iya ya? Tenang aja, nanti kalo udah datang waktu perkenalan ma keluargaku, pasti berubah jadi pandangan ramah deh. Sabar yah..”, jawabnya santai dengan senyum manisnya yang selalu membuatku ikut tersenyum itu. Oh iya,, hampir aja aku lupa,masalah aku ma dia kan belum selesai,
“mm,, akhir-akhir ini kamu sibuk banget ya,Ra?”, ucapku sedikit sinis padanya.
“ya gitu lah. Kemarin, baru aja pulang dari ndaki gunung sibayak. Berangkatnya hari senin, tapi sorry waktu itu ga’ ngasih kabar ke kamu, udah mepet banget. Kamu sendiri?”, jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“ooh.. sebelum-sebelumnya??” tanyaku sedikit ingin tahu.
“ga’ banyak, minggu sebelumnya, daki gunung merapi, tapi Cuma setengah doank.”
“ooh,,jadi selama ini kamu lebih perhatian ke gunung. Sampe-sampe aku dilupain?”, tanyaku dengan sindiran itu. Kukira ia akan cemas dan meminta maaf padaku, namun ternyata,
“Hahaha.. kamu ada-ada aja sih, Vin. “. Aku kaget akan kata-katanya. Lalu aku memakai tampang serius dan berkata padanya,
“Aku serius, Ra. Selama ini, kamu ga’ keliatan, ngontak aku juga g’. Kamu kemana aja?”, tanyaku dengan sedikit menahan kemarahan.
“Okay, aku serius,, aku bakal jelasin semuanya ma kamu. Mobilku lagi rusak dan sekarang di bengkel, handphone ku dipinjem ma papa, dan jaringan internet di rumahku udah diputusin papa. Ngerti?”, jawabnya simple,namun tak jelas itu.
“Tapi kamu bisa ngehubungin aku dari telpon rumah kan, ato pinjem HP temen kek. Kamu emang ga’ mau hubungin aku lagi. Aku tahu itu.” Jawabku ketus tanpa memandang ke wajahnya sediktipun.
“kenapa kamu ngomong kayak gitu? Jawab!”
“karna aku juga tahu kamu udah bosen ma aku. Iy kan?”, jawabku sambil melengos ke arahnya.
“ga’. Aku ga’ bosen, Vin...”, jawabnya dengan kebohongan. Aku tahu itu dari matanya.
“aku benci orang boong, Tora. Kamu tahu itu..!!”, jawabku sambil memandang sinis ke arahnya. Namun, pembicaraan dingin kami terhenti sebentar karna seorang costumer mengantarkan pesanan kami. Setelah mengucapakn terima kasih pada custumer tersebut, Tora memulai lagi,
“Hufft,,okay.. aku ngaku. Aku mulai sedikit bosan karna kamu ga’ pernah mau ngerti aku. Kamu selalu marah-marah ga’ jelas akhir-akhir ini. Kamu marah Cuma karna hal sepele. Kemudian nyalahin aku, dan tanpa melakukan kesalahan, aku jadi minta maaf sama kamu. Tapi, plis, Vin, ini keinginan kamu biar aku jujur! Jangan marah!”, jelasnya panjang lebar. Ya,,hubungan kami memang sudah berkomitmen dari awal, untuk selalu jujur, pada satu sama lain, apapun masalahnya.
Namun, entah kenapa, air mataku meleleh di depannya. Aku benar-benar tak tahu kenapa, tapi hatiku memang terasa sakit, walaupun semua kata-katanya itu untuk kebaikan kami. Tora melihat air mata itu, Tora sadar, kemudian Ia menggenggam tanganku, dan berkata,
“Hei,, jangan nangis! Aku tahu tadi kata-kataku begitu kasar, tapi itu karna aku emosi. Kamu yang paksa, Vin.. Maafin aku.”, ucapnya tulus. Aku mulai sadar, selama ini, Tora selalu di sebelahku, apapun yang terjadi. Namun, akhir-akhir ini, memang benar, aku sering marah-marah dan ketus tanpa alasan padanya. Tpi, aku lakukan itu, karna Ia tak pernah mau mendengarku. Karna Ia selalu memikirkan gunung-gunung yang akan didakinya. Aku ingin Ia berubah seperti dulu, saat Ia belum bergabung dalam MAPALA sialan itu. Saat ia masih sangat menyayangi dan memperhatikanku. Lalu kujelaskan semua itu padanya setelah berhasil mengendalikan tangisanku. Ia mengerti dan bertanya, apa yang sangat aku harapkan darinya. Aku binging sesaat, kemudian memberi jawaban yang bukan bermanfaat untukku saja, tapi juga untuknya, yaitu,
“aku pengen kamu lebih serius belajar dan lupain gunung-gunung itu, buat sementara.”, cukup itu bagiku, dan itu adalah usaha terakhirku, agar dia dapat kembali pada keluarganya, dan kepadaku.
YYY
Hari-hari berikutnya, hubungan kami berjalan lancar tanpa masalah besar. Kami saling bertemu dan lebih sering pengertian satu sama lain, sejak pembicaraan itu. Sampai, suat hari, saat aku sedang berkunjung ke kosan teman-temanku. Hari itu, Minggu, kami sama-sama tak memiliki jadwal, jadi aku memang sudah berncana bersama teman-teman lainnya. Setelah selesai berkunjung, meraka mangajakku hang out di salah satu taman terdekat untuk sementara waktu. Saat memasuki gerbang taman itu, aku akui tamn itu sangat menarik dan sepertinya memang didedikasiksan untuk para pasangan. Setelah lama bergelak tawa di salah satu bangku taman, salah seorang Temanku, menyahut sambil menunjuk ke satu pasangan yang sedang berjalan tak jauh dari tempat kami, sambil berkata’
“Vin,,itu kan Tora. Dia sama siapa?”, tanya temanku sambil memandang bingung ke arahku. Aku melihat lebih jelas lagi, dan,, benar,,itu Tora..! dia berjalan dengan perempuan yang sebahunya itu. Perempuan itu, tampak sumringah dan senang sekali bisa berjalan bersama Tora. Namun, di wajah Tora, aku tak melihat rasa yang sama. Tora terlihat biasa-biasa saja. Mereka tak merasakan keberadaan kami. Teman-temanku terus berkomentar, namun, aku kenapa tak merasa cemburu? Aku hanya merasa biasa saja, setelah melihat wajah Tora yangspertinya tak menyukai perempuan itu. Aku sedikit bahagia dengan kenyataan itu, Namun, aku harus tetap memastikan hal ini padanya..! harus!!
Esoknya, aku mengajaknya bertemu di cafe saat pembicaraan pertengkaran kami dulu. Entah kenapa, seja saat itu, aku mulai menyukai tempat itu untuk menyelesaikan masalah dengannya. Cafe itu terasa sangan nyaman dan aman untuk privasi. Saat aku sampai, ternyata Tora sudah menungguku di kursi terbaik kami. Ia melambaikan tangan padaku. Setelah menyebutkan pesanan, aku memulai pembicaraan,
“oh ya, kemaren kemana aja, Tor?”, tanyaku sedikit cuek, karna aku tak ingin ini malah menjadi masalah besar lagi. Hhe,, sejak terakhir kali bertengkar dengannya, aku mulai lebih dewasa dan mengendalikan diriku.
“kemaren... ngerjain skripsi, terus pergi bareng ma temen bentar, balik ke rumah, ngerjain skripsi lagi. Itu aja.”, jawabnya tak kalah cuek. Yah,, memang aku percaya dengan alasan skripsinya. Sekarang kan dia udah semester 8.
“ooh.. setelah pergi bareng, mau barengan ngapain lagi? Ngapel bareng, makan bareng, trus?”, sindirku memandang matanya.
“maksud kamu rina? Oh..dia bukan siapa-siapa Vin.. dia tuh ga’ punya andil dalam hatiku. Cuma kamu yang megang saham terbesar di hatiku.”, jawabnya sambil tersenyum manis. Entah kenapa,saat itu aku percaya padanya, namun masih satu pertanyaan lagi,
“trus kenapa sampe jalan bareng segala?”, tanyaku dengan nada yang biasa-biasa saja.
“okay. Aku tahu, suatu saat nanti, kamu juga bakal tahu, jadi bakal aku ceritain sejelas-selasnya. Tapi kamu harus janji bakal percaya ma aku. Deal?”
“deal!!!”
“dia itu anak Tri Sakti. Papanya yang juga dosen, teman lama papa pas kuliah dulu. Kemaren, tiba-tiba aja, papa nyuruh aku ngajak dia jalan-jalan. Awalnya, aku nolak, tapi kamu tahu ndirilah papaku kayak gimana. Dia maksa, nyindir, ngancem, pokoknya, aku harus ngajak rina. Ya mau gimana lagi, aku terpaksa ngajak dia. Iya,,aku tahu itu udah maksud papa buat ngejodohin aku. Tapi, tenang aja, aku bakal terus berusaha, biar papa bisa nerima kamu.”, jawabnya tanpa terbata-bata, tegas, dan percaya diri. Itulah yang membuatku percaya padanya. Meskipun terdengar bodoh, tapi aku tahu apa yang diisyaratkan suara hatiku.
YYY
Senin itu, jadwal harianku kelihatan penuhnya sekali, tak pa-pa lah. Harus tetap semangat!!! Setelah mengerjakan setengah tugas hari itu, aku berencana untuk have lunch di cafe kampus. Tiba-tiba, blackberryku bernyanyi riang. Di LCD nya tertera nama “hEarT’s kEy”, yang artinya, kunci hatiku, dan itu Tora. Dengan senyuman, ku angkat telponnya,
“assalamu’alaikum..”
“Vin,,kamu lagi dimana? Aku perlu ketemu kamu sekarang.”, jawabnya tergesa-gesa, tanpa menjawab salamku.
“lagi di kampus, makan siang. Kamu ndiri dimana? Kamu kenapa,Ra?”, tanyaku ikutan cemas.
“aku lagi di kosan kamu. Aku kesana sekarang!! Tungguin!!”, jawabnya lebih tergesa-gesa, dan kemudian,”klik”, hubungan pun diputuskan satu arah olehnya. “Haduh..!! Ada paan sih? Nih anak bikin penasaran aja! Padahal kan bentar lagi harus cepet-cepet ke Gramedia buat liat bazaar buku. Mana sekarang udah jam 13.47 lagi. Bazaarnya kan tutup satu jam lagi.”, rewelku dalm hati. Namun, apapun nanti, aku akan tetap menunggunya, karna aku paling tidak suka dikejar rasa penasaran ini.
14.00 Mana sih tuh anak?
14.10 Tora...!! Kamu kemana??
14.17, akhirnya.. Tora setengah berlari ke arahku. Setelah duduk disampingku, dan menyadap Fanta susu ku, dia langsung berujar,
“Vin,,aku seneng banget.. seneng..!!”
“iya,,seneng kenapa?”
“semalem aku ngomong serius ma papa tentang kamu. Terus, papa bilang, dia ga’ bisa buat apa-apa lagi kalo aku emang udah punya calon. Tapi, papa tetep mau ketemu dulu ma kamu!!”. What? Alhamdulilah..!! aku langsung berucap syukur dengan semua ini. Aku tersenyum, bahkan hampir menangis bahagia, mendengar kabar ini.
“Lalu, kapan acaranya?”, tanyaku antusias.
“Kapan kamu siap, Vin. Tapi sebaiknya lebih cepat, lebih baik. Jadi aku ga’ risih ma pertanyaan-pertanyaan papa yang membosankan itu.”,jawabnya yang sekarang sedang menyadap mie rebus ku.
“jadi bukan mama kamu yang nentuin?”, tanyaku sedikit kaget, karna biasanya itu permintaan para calon mertua. Apakah ini sebuah pertanda?
“Tadi mama udah bilang kalo maunya besok malem. Tapi, aku yang ga’ mau. Au mau kamunya bener-bener siap dulu.”,jawabnya enteng. Hufft,, untunglah, kupikir kedatanganku memang tak diinginkan. Setelah bepikir-pikir lebih keras, tidak ada salahnya kalo besok malem, karna besok jadwalku free. Jadi bisa punya sedikit waktu buat beli baju baru. Hhe.. First time, must be the best, right?.
“Ya Udah, besok malem ga’ papa kok. Aku siap buat kamu.”, jawabku sok romantis. Tora sedikit terkejut mendengarnya, kemudian Ia tersenyum senang dan berujar,
“Siip lah. Aku jemput,,hmm,,kira-kira jam 7.30. be the best y, honey..”,
“mm...I’ll try.!”
Astaga..!! hampir aja lupa..!! Bazaar buku gimana dong? Kulihat jamku yang sekarang menunjukan pukul 14.30. bazaar kali ini tak bisa ditinggalkan karna khusus untuk buku-buku islami yang hanya sekali setahun diadakan. Uuwh,,masa’ harus nunggu setahun lagi. Aha..aku punya ide..!! kulirik Tora yang masih setia dengan mie rebusku. Langsung saja kurebut mie rebus itu, dan kutarik tangannya menuju tempat parkir sedan civic silvernya. Sambil berjalan tergesa-gesa. Ia bertanya kebingungan,
“ada apa, Vin? Kok tiba-tiba narik-narik gini, kayak aku kebo aja.!!”,katanya sewot.
“Hha.. emang kali ya?!! He,,becanda dink.. aku mau minta pertanggungjawaban ma kamu..!”, jawabku lebih sewot lagi.
“emang aku ngapain? Aku ga’ ngapa-ngapain kamu gini kok..”,jawabnya tambah bingung. Haduh,,ni anak otaknya!!!
“bukan itu..!! kamu tau ga’?! daritadi aku tuh lama nungguin kamu!! Padahal harusnya sekarang aku udah di Gramedia ngeliat bazaar buku. Gara-gara kamu,, jadi telat. Jadi, sekarang anterin aku ke Gramedia..!! sekarang!!!”, jelasku padanya. Mendengar penjelasanku, Tora tersenyum lega sambil masuk ke dalam mobolnya, dan menyuruhku mengikutinya.
“ngapain senyam-senyum ga’ jelas??”, tanyaku ketus.
“Aku lega,Vin.. kirain kamu mau ngajak aku shopping buat besok malem, ternyata ga’.. alhamdulilah ya, robby..”,ucapnya sambil tertawa lepas karna berhasil menyindirku.
“Yee..emang sejak kapan aku jadi cewek suka shopping. Lagian kalo emang penting untuk besok, enakan ngajak temen-temen, biar dapat ide bagus. Kalo ma kamu sih, aku dah tau aja, pasti bawaannya sewot mulu’..”,balsku dengan sindiran juga. Kami tertawa bersama-sama karna saling mengerti sama lain. Kemudian, Tora menjalankan mobilnya bersamaku disampingnya.
Sesampainya di Gramedia, aku masih melihat Bazaar buku itu terbuka lebar. Syukur deh, alhamdulilah. Setelah mengucapkan terima kasih pada Tora,ku lanjutkan langkahku menuju Toko buku terbesar se-Bandung itu, dan kemudian melaksanakan tugas-tugas yang masih terbengkalai.
YYY
Esoknya, hari pertemuanku dengan keluarga Tora,aku membuat janji bersama teman-temanku untuk menolongku memilih baju terbaik untuk malam nanti. Kami berjanji di BTC, tepatnya di salah satu cafe. Pukul 12 siang, aku telah menunggu di kursi sudut cafe, memang terlalu cepat sih, karna kami membuat janji pukul 1 siang. Tapi, aku tak ingin mengecewakan mereka karna ini keperluanku, jadi tak afdol kalau nanti malah aku yang datang terlambat.
Satu-persatu mereka datang dan mengucapkan selamat padaku yang, menurut mereka, sebentar lagi akan tunangan dengan Tora. Hha.. mereka memang aneh-aneh saja. Setelah semua teman-teman ku hadir, kami memulai petualangan dalam mall terbesar di Bandung itu. Mereka memilihkanku baju ungu yang anggun dan sopan. Tentu saja aku menerima dengan senang hati, karna ungu warna favoritku. Mereka memilihkanku aksesoris-ksesoris terbaik dan malam nanti, mereka juga berjanji ntuk mampir ke rumahku, untuk membantuku menghias jilbab yang menarik. Ya,,memang benar, mereka memang teman terbaik yang selalu membantuku dalam keadaan apapun. Mereka sahabatku.
Malamnya, setelah selesai di hias , namun tetap natural, kami menunggu kedatangan Tora di depan kosanku. Tak lama, Tora datang dengan, seperti biasa, sedan civic silver nya. Teman-temanku mewanti-wanti agar Tora bisa membuat keluarganya terpesona denganku. Setelah itu, aku dan Tora berangkat dangan mobilnya, sedangkan teman-temanku pulang dengan mobil teman lainnya. Hufft,,berkat teman-temanku itu, rasa canggung yang biasanya akan terasa, menjadi hilang dan berganti dengan rasa nyaman. Setelah memasuki kawasan rumah Tora, barulah aku merasa sedikit nervous, dan cemas. Tora manyadari itu, dan berkata,
“ga’ pa-pa kok. Mereka juga udah siap-siap buat nyambut kamu. Semuanya akan baik-baik aja. Percaya sama aku..!”, ujarnya meyakinkan. Sesampainya di rumah Tora, aku bersalaman dengan Ayah, Ibu, dan Adiknya yang sudah di depan pintu menantiku. Adik Tora yang sekarang juga tahun ini baru masuk ITB, universitas yang sama denganku, sangat gembira melihat kedatanganku. Tiba-tiba, ayah Tora bertanya,
“kamu Vindra anak IT di ITB kan? Kamu mahasiswa Saya kan?”. Oh tidak,,ini yang aku takutkan. Ayahnya akan menyadari kalau aku adalah mahasiswi kontannya. Haduh,,gimana nih? Kujawab pertanyaan pak In dengan sopan,
“Iya pak.”, jawabku berusaha tersenyum ramah.
“Ooh.. Pinter kamu milih anak teknik, Ra..”, ujar ayahnya pada Tora. Hha, terbang aku..!!
Saat makan malam, mama Tora yang kukira kalem, ternyata sangat supel. Pada awal pertemuan, memang mamanya tak berkata apa-apa, namun pas makan malam, berubah 100%, lebih banyak cerita, dan lebih banyak tanya, jadi lebih banyak gelak tawa. Sisi, adik Tora, juga tak kalah cerewetnya. ia sangat suka bertanya tentang kebiasaan dan hobiku di kosan. Malam itu berjalan sempurna. Semua berlangsung dengan lancar. Aku bersyukur karna Tuhan telah memberiku kesempatan yang sangat membahagiakan ini. Andai saja aku juga bisa berkumpul dengan keluargaku seperti ini, pasti sangat membahagiakan. Ahh,,tak pa-pa lah..!! Ini cobaan untukku..!! Lagian, aku juga dapat menganggap keluarga Tora sebagai keluargaku sendiri. Mereka sangat ramah, dan senang menyambutku. Semoga ini awal yang baik bagi kami semua.
Setelah makan malam, kami tetap melanjutkan bercerita-cerita di ruang makan itu, sambil mengahadapi hidangan penutup, Puding choco buatan mama Tora. Hmm,,sangat lezat, apalagi kalau mengingat aku yang cinta coklat ini. Kami bercerita tentang Tora, Sisi, bahkan aku. Ternyata, dulu Tora juga pernah tinggal di Bukittinggi, kota kelahiranku. Tapi mereka berbeda wilayah dengan tempat tinggalku. Bahkan, kami sempat bercerita tentang Bukittinggi, dan perubahan-perubahannya sejak mama Tora pindah ke Bandung ini.
Saat ini, sudah pukul 9.00 malam. Sudah seharusnya aku berpamitan, karna tak baik jika kau terlalu lama disini. Setelah pamitan pada mereka, Tora mengantarku pulang dan memberikan ucapan terima kasih, karna telah membuatnya bangga di depan keluarganya. Menurutnya, papa mamanya, pasti akan memberikan nilai 99 plus plus untukku. Mudah-mudahan saja begitu. Amiin... Sesampainya di kosanku, aku langsung membersihkan diri, dan bersiap-siap untuk tidur. “Semoga saja malam ini aku mimpi indah”, doaku dalam hati. Malam itu, merupakan malam terindah untukku, takkan kulupakan...!!!
YYY
Beberapa tahun kemudian,,,
Hhuaah.... jam berapa ini? Oh,,no!! Jam 9.00 pagi. Haduh,, aku punya jadwal dengan dosen killerku pagi ini. Aku langsung bersiap-siap. Dalam perjalanan, handphone ku berdering, lagi-lagi “hEarT’s kEy”, terpampang di LCD nya. Ntar deh di angkat. Udah deket ini juga’. Setelah selesai memberikan skripsiku pada dosen yang sebelumnya memarah-marahiku karna telat, tapi alahmdulilah, skripsi ku sudah diterima, jadi tinggal menunggu hasil akhir. Ya Tuhan,,semoga hasila khirku nanti memuaskan..!! Amiien..!!
Karna tak memiliki jadwal lagi pada hari itu, aku berencana untuk berkunjung ke Gramedia, untuk melihat-lihat novel, siapa tahu nanti ada yang menarik. Tiba-tiba, handphone ku berdering lagi, dan tetap saja, “hEarT’s kEy”, menungguku lagi di layar itu.
“Aloha..”,jawabku ceria.
“Kamu tu ya?!! Udah tahu aku kangen,, masih aja dipending ngangkat telponnya..!!”. Oups,,,dia marah. Hhe,,memang sewajarnya sih, karna sekarang kita harus ngejalanin Long Distance Relationship, alias pacaran jarak jauh. Sejak lulus dari UnPad dengan predikat yang lumayan tinggi, Tora bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Jadi, mau tak mau, kami harus nerima semua ini.
“Sorry beibh.. Tadi lagi ngasih skripsi ma doden pembimbing. Jai ga’ sopan kan?!! Ntar skripsi aku ditolak lage..”,jawabku lumayan asal.
“Iyah? Trus gimana? Dosennya bilang apa?”,tanyanya penasaran.
“dosennya mau nerima kok. Tapi lumayan panjang ceramahnya, soalnya tadi aku telat. Hehe..”
“kamu neh.. Daridulu ga’ berubah juga’. Trus sekarang lagi ngapain?”
“lagi di jalan mau ke Gramedia. Kamu ga’ kerja?”, tanyaku bingung, karna ini juga udah jam 10.00, biasanya jam kantor yang lagi sibuk-sibuknya
“belum mulai. Kamu tahu ndiri kan? Kalo aku ga’ bisa kerja kalo belum denger suara orang gila yang satu ne di ujung sana.”
“Yee,,mau bilang kangen ja susah. Ngaku aja..!! dasar sok gombal.. Ya udah, kerja gih sono..”
“asiip deh,,my beyonce.. Bye beibh..”, dan “klik”, telpon kumatikan. Hhua,,jadi kangen ma tuh anak. Dia lagi kerja sibuk ga’ ya sekarang?!! Ah,, udah.. harus sabar...!!! semangat...!! walaupun sekarang Tora sudah jauh dari kota ini, aku masih tetap sering menjaga silaturahmi dengan keluarganya yang disini. Kadang, mereka suka mengundangku untuk sekedar berbincang-bincang bersama, bahkan juga, kadang, untuk makan malam.
Sesampainya di rumah, kuistirahatkan tubuhku untuk sebentar. Satu hal yang menjadi bahan pemikiranku saat itu, selain hasil skripsi ialah, permintaan Tora. Sejak aku di semester ke 8 ini, Ia jadi sering membicara-bicarakan tentang pertunangan, pernikahan, bahkan anak-anak. Yah,,aku tahu kalo seumuran dia, sudah sepantasnya untuk menentukan pilihan pasangan hidup. Tapi,,bagaimana dengan aku sendiri?!! Aku belum berbicara sedikitpun tentang Tora kepada keluargaku, tentu saja alasannya karna jaqrak kami yang sangat jauh. Mama dan papa belum pernah bertanya apapun tentang masalah ini. Aku belum berani membicarakan masalh ini dengan Tora, karna, Pertama, masih masalah jarakku dengannya. Kedua, aku takut kalau-kalau nanti dia malah mikir, aku juga menginginkan hal ini. Jadi, aku hanya bisa mengalihkan pembicaraan saat dia mulai bicara yang nggak-nggak.
“ku kan setia,, manjagamu,,bersama dirimu,,
samapai nanti,,akan slalu,, menjaga dirimu,,”
Lagu vierra itu, bersenandung dari handphoneku, dan di LCD nya, tertera, “LoVeLy Mom”. Ahh,, si mama,, baru aja dipikirin udah nelpon, mom’s nature. Dengan senyum memngembang, ku angkat telpon itu,
“Halo, Ma.”
“Halo, sayang. Kamu lagi dimana? “
“Lagi di kosan, Ma. Lagi Istirahat. Mama lagi apa? Udah pulang dari sekolah?”, tanyaku. Biasanya jam segini Mama masih di sekolah, atau manghadiri rapat-rapat untuk kepala sekolah.
“Mama udah pulang. Tadi ada rapat sebentar, terus langsung aja pulang, abisnya Mama capek banget. Kamu udah nyerahin skripsi? Gimana hasilnya?”, tanya Mama terengar penasaran.
“Udah,Ma. Tadi baru nyerahin, tapi belum dikasih hasil akhirnya. Mungkin beberapa hari lagi. Ntar kalo udah dikasih, Vindra kabarin Mama.”
“ooh,,oke deh Nak. Mudah-mudahan dapet hasil yang bagus ya.. jangan lu[pa doa dan sholatnya, biar didenger doanya sama yang di atas.”
“Iya, Ma. Vindra ga’ pernah lupa sama nasehat Mama.”
“Oh ya, Vindra, Kamu tahu ga’? Kak Melani kemaren udah ngenalin calonnya sama keluarga disini.”
“Oh ya? Trus gimana? Tante setuju ma pilihan Kak Melani?”, tanyaku mulai antusias.
“Yaah,,kalo Tante bilang sih setuju-setuju aja. Asalkan itu pilihan Kak Melani sendiri.”
“orangnya gimana, Ma? Kerjanya apaan?”, tanyaku lebih ingin tahu lagi.
“Orangnya baik, sopan, pokonya baguslah. Kerjanya, kalo ga’ salah di perminyakan di Riau sini.”
“Waw,,pasti beruang ya,Ma?”
“Haha.. Lumayan lah. Kamu ada-ada aja, Vindra. Tapi, Mama mau kamu juga ngikutin jejak kakak kamu itu. Setelah kerja setahun ntar, Kamu harus ngelanjutin jejak dia. Mama ga’ mau ntar kamu dibilang perawan tua. Ngerti?”, ancam Mama lebih serius.
“Mama apaan sih? Ga’ perlu diingetin kali’,Ma.. Mama udah bilang ma aku dari aku kelas 1 SMA dulu.”
“Ya udah kalo kamu masih inget. Jadi, ntar Mama cuma tinggal nagih janji aja.”
“Iya, Ma”
“Udah ya, Vin. Mama mau tidur siang dulu. Assalamu’alaikum, sayang”
“wa’alaikumsalam, Ma”
Hufft,, Mama mulai bicarain masalah ini. Tapi, tetep aja, tenggat waktunya setahun setelah aku lulus dari ITB ini. Akankah aku bisa ngelewatin ini? Udah..!! jangan pikirin masalah ini lagi, pikirin aja skripsi dan hasil akhir nanti...
YYY
Hari pun berlalu, pagi itu, aku mendapat telpon dari dosen pembimbingku. Sepertinya ini menyangkut masalah skripsiku. Setelah bersiap-siap yang sederhana saja, karna ku sangat penasaran dengan hasilnya, aku bertemu dengan dosen tersebut di kampus. Melihat kedatanganku, beliau tersenyum senang, dan kemudian berkata,
“Aha,, akhirnya bintang kelas di semester akhir ini datang juga”. Aku langsung ternganga bingung mendengar ucapan itu. Entahlah, itu sebuah pujian atau hinaan.
“Maaf.. Maksud bapak?”, tanyaku linglun.
“Ya itu maksud saya..! Dalam semester akhir ini, kamu mendapat hasil akhir dengan predikat A. Hanya kamu yang mendapat predikat ini. Makanya saya bilang kamu bintang kelas.”
“Bapak serius? Memangnya Siska dan Irsyad ga’ dapet predikat A, Pak?”, tanyaku memastikan.
“Tidak.. Tidak.. Mereka mendaat predikat lebih rendah dari kamu. Saya juga tak mengerti. Tapi saya percaya kamu, karna dalam skripsi itu, saya bisa mengerti dan mendapat khas-nya kamu dalam tulisan itu.”. Thanks God..!!! Alhamdulilah...!! aku langsung bersujud syukur atas berita yang menggembirakan ini. I love U, God..!!
“Terima kasih, Pak. Saya sangat senang mendengar berita ini. Lalu, acara pelantikan, kapan akan diadakan,Pak?”
“Kira-kira hari Selasa depan, si gedung serbaguna XX, pukul 9.00. jangan terlambat..!! Karna pastinya, kamu akan dipanggil kedepan nanti untuk mewakili mahasiswa kampus ITB. Baiklah kalau begitu, saya akan pergi dulu. Terima kasih, dan semoga sukses.”
“baik, Pak. InsyaAllah. Terima kasih, Pak. Mohon doanya.”, jawabku terharu.
Setelah itu, aku langsung pulang dan memberitahukan berita ini pada Keluargaku dan, yang tak terlupakan, Tora. Mereka semua berbahagia mendengar berita ini. Mama dan Papa berjanji akan segera berangkat kesini untuk menghadiri acara pelantikan nanti. Sedangkan Tora, mengatakan bahwa Ia akan datang sedikit terlambat, karna ada presentasi yang harus ditampilkannya. Aku sangat bersyukur pada Allah SWT atas segala karunia yang tak terpikirkan ini. Bagiku, lulus dengan nilai yang biasa-biasa saja, sudah sangat membahagiakan. Namun, karna perjuangan dan doaku selama ini, Allah memberikan rizki yang lebih dari itu.
Beberapa hari kemudian, Mama dan Papaku telah mendarat di Bandara XXX. Aku menjemput mereka, dan membawa mereka ke kosanku. Setelah itu, pada malam hari, mereka memilih untuk menginap di Hotel Bandung. Dan, esoknya, adalah hari yang sangat bersejarah begiku. Hari dimana aku akan dilantik sebagai salah satu lulusan terbaik di Fakultas IT, Universitas ITB ini. Oh God.. U’re the best..!! berkali-kali aku berucapsyujur jika mengingat semua ini.
Setelah bersiap-siap dengan menggunakan baju kebaya terbaikku yang telah kusiapkan jauh-jauh hari, kami berangkat menuju gedung tersebut.semuanay berjalan dengan lancar. Namaku disebut sebagai Lulusan Emas jurusa IT, dan aku diminta untuk menampilkan diri di depan para audience. Bangganya Aku, apalagi orangtuaku dan Tora. Semuapun berjalan lancar dalam acara itu.
Kemudian, kami keluar dari gedung itu setelah aku bersalam-salaman dengan semua dosen pengajar di fakultasku, dan tentunya, termasuk ayah Tora. Ia berucap selamat berulang-ulang kali, dan mengundangku dan orangtuaku ke rumahnya, untuk merayakan semua ini, esok malam. Awalnya, orangtua ku sangat bingung karna tak mengerti hubungan kami. Tapi, setelah kujelaskan, barulah mereka mengerti apa maksud dari anaknya ini.
Di luar gedung, Tora menyambutku dengan senyum selamat yang sangat kurindukan itu. Kukenalkan Tora, pada orangtuaku, sebagai orang ang telah menemaniku selama berada di Bandung ini. Kukira, mereka takkan mau menerima Tora, dan memintaku untuk melupakannya. Namun, tak kusangka, mereka malah menerima Tora dengan seyum ramah, yang tak kubayangkan sebelumnya. Dan lagi-lagi, ini semua adalah jalan pilihan Allah, yang sangat ku syukuri. Betapa besarnya Engkau, ya Allah. Belum lagi semuanya selesai, Allah telah memberikan berkah lagi padaku. Aku diundang untuk bekerja di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta. Direktur dari perusahaan tersebut, ialah alumni SMA yang sama denganku. Jadi, Ia memberiku jabatan yang cocok dengan jurusanku, yaitu salah satu Programer dalam perusahaan itu.sekali lagi, Thank’s God. Alhamdulilah.
Dan malam itu pun tiba, saat ayah dan ibuku, bertemu dengan ayah dan ibu Tora. Mereka berkomunikasi dengan sangat santai. Mereka bisa menerima satu sma lain, dan menyukai satu sama lain. Sepertinya, Tuhan memang memilihkan Tora untuk hari-hariku di masa depan. Amiien...
“ku kan setia,, menjagamu,, bersama dirimu,, Sampai nanti,,akan slalu ,, bersama,, dirimu,,dirmiu..”
Blackberry-ku menyanyikan lagu “bersamamu-VIERRA”, yang berarti, itu adalah panggilan dari “hEarT’s kEy”-ku.
“Haluu..”
“Pagi, beibh.. Lagi dimana?”, tanyanya yang mungkin mendengar suara keributan di sekitarku ini. Tapi, apa dia lupa?
“Lagi dimana? Kok nanya sih? Kan kita udah janji mau nyari cincin pernikahan kita, Ra? Kamu tu lupa lagi ya?”, tanyaku mulai kesal.
“Astaga..!! Aku baru aja bangun, Say.. Bener nih,, lupa banget..!! Bentar lagi aku nyampe..! tungguin ya, Beibh..!!”. “klik”, kumatikan telpon itu.. “Mensebalkan..!! Masa’ lupa sampe sgitunya?!! Kan ini acara yang sakral..!! sial..!!”, umpatku dalm hati. Ya, benar, sejak pertemuan orangtua kami itu, mereka meminta kami untuk menetapkan hati, untuk menikah. Waktu dan segalany, diminta kami yang menentukan. Dan, sesuai permintaan Ibuku, setahun setelah hari itu, akan menjadi waktu dimana kami akan menetapkan hati kami satu sama lain.
“your attention please..!! ladies and gentleman,, there is a text coming in..”. blackberry-ku berujar lagi. Pesan dari Tora. Ia memintaku untuk menunggunya untuk sebentar, karna sekarang Ia sudah di jalan menuju ke mall ini. Ya sudahlah, udah terlanjur dateng, mendingan nungguin sambil ngeliat-liat baju keren.
Setelah beberapa lama menunggunya, akhirnya anak yang satu ini datang juga. Dengan memohon-mohon, Ia minta maaf atas keteledorannya. Aku langsung saja memaafkannya, karna aku tak ingin seperti anak kecil lagi. Aku ingin lebih dewasa. Lalu, kami pun memilih-milih cicin terbaik untuk nantinya. Keluar-mesuk dari toko yang satu-ke yang lainnya. Kami mendapatkan sepasang cincin, yang hanya ada satu pasang, karna menurut penjaga toko itu, kami telah memilih cincin yang terbaik dari yang terbaik. Cincin itu merupakan lambang cinta kasih hingga ajal yang memisahkan. Coraknya sangat elegan, mewah, dan klasik. Kami pun memilih cincin itu, tanpa banyak pertanyaan lagi.
Dan semua persiapan pun telah di selesaikan. Gaun dan Jas pernikahan, telah ditentukan oleh Ibuku dan Ibu Tora. Undangan telah disusun oleh adik Tora dan ayahnya. Sedangkan gedung dan hiasannya, ditanggung jawabkan pada ayahku, karna tentunya, ayah memiliki sangat banyak kenalan yang dapat dimanfaatkan. Acara yang bersejarah itupun, akan diadakan pada hari Sabtu, 30 November 2007. Kami tak sabar untuk menunggu hari itu. Aku tak bisa mengalihkan perasaan ini, karna kami telah bersepakat untuk mengambil cuti selama persiapan, maupun sesudah pernikahan nanti. Jadi, kami hanya menghabiskan waktu dengan megawasi semua persiapan itu.
Sabtu, 30 November 2007. Gedung serbaguna Bung Hatta, Bukittinggi.
Hari ini..! Hari pernikahanku..! Allahuakbar..!! “Berkahi aku ya Allah”, doaku dalam hati. Setelah dihiasi dengan berbagai macam make-up dan perhiasan, Aku dan keluarga berangkat menuju gedung akad nikah. Namun, ada perasaan lain dalam hatiku, perasaan tak tenang. Aku tak tahu apa maksud perasaan ini, namun yang pasti, perasaan ini tak membiarkanku tenang walau sesaat. Sesampai disana, Kami disambut dengan tepukan meriah. Aku sempat gugup karna perasaan ini tak hlang jua, malah semakin membesar sejak aku menginjakkan kaki di gedung itu, namun disebelahku, Ibuku memegangku dengan erat, dan berbisik,
“Jangan gugup..! Ini hari bahagiamu..! Ingat itu, Nak..!”. Dan,,”blush”,,semuanya hilang begitu saja. Aku merasa lebih segar dan tenang dari sebelumnya. Thank’s mom..!
Setelah selesai akad nikah, acara langsung dilanjutkan dengan syukuran. Semuanya tampak berbahagia dari panggung ini. Disini, aku dan Tora disandingkan. kami sangat bahagia, melebihi kebahagiaan siapapun di dalam gedung ini. Namun, perasaan yang tadi menggangguku, sedikit demi sedikit muncul lagi, dan semakin membesar. Aku bingung. Perasaan semacam apa ini? Lalu, kulihat Tora disampingku, hatiku terasa sangat gundah, terasa seperti teriris-iris. Rasanya aku ingin menangis, aku tak tahu kenapa, tapi kutahan, karna tak mungkin aku menangis di hari bahagiaku, di panggung ini. Tora memandang ke arahku, dan Ia menyadari kegundahanku, dan bertanya kecemasan,
“Kamu kenapa, Vin? Pusing? Sunting ini terlalu berat ya?”
“ga’.. ga’ kenapa-kenapa.. Lupain aja.. mungki sedikit haus..”, jawabku berbohong.
“Shi,, bawain air minum kesini segelas. Kak Vindra haus. Cepetan ya..”, Tora menyuruh adiknya untuk membawakan segelas minuman untukku.
Ohh,,perasaan ini semakin besar..!! ada apa ini, ya Allah? Ada apa? Air mataku meleleh begitu saja, tak ada yang mengetahui kecuali Tora. Ketika Ia ingin bertanya lagi, Tiba-tiba,, “DRRR..”,,semuanya yang ada dalam gedung ini, bergoncang keras. Salah seorang dari sudut sana berteriak,, “GEMPA.. LARI...”. Lalu, diikuti oleh semua undangan, orang itu berlari menuju pntu utama untuk menyelamatkan diri. Aku dan Tora melakukan hal yang sama. Namun, dalam pelarian tersebut, tangannya yang menggenggam tanganku, terlepas karna padatnya orang yang berlarian diantara kami. Aku terpisah darinya. Aku tak dapat melihatnya. Lalu, sebuah pilar dari gedung itu, jatuh ke arahku. Sangat jelas terlihat. Tiba-tiba, seseorang mendorongku sangat keras, sehingga membuatku terlempar cukup jauh, kira-kira 2 meter dari tempatku berdiri. Lalu,,”BUUM...”,, sebuah pilar, tepat di depanku, tersungkur dan ujung-ujungnya pecah. Gempa berhenti. Semua berucap syukur dan ada yang menangis ketakutan. Aku bersyukur karna telah selamat dari timpaan pilar itu. tapi, siapa yang tadi mendorongku?
Kulihat ke pilar yang sekarang melintang tidur itu, dan aku melihat sebuah tangan lunglai dar sisinya. Astagfirullah...!! Itu tangan orang. Siapa itu? Aku langsung berteriak kepada orang setempat agar menolongku mengeluarkan orang itu.ketika menarik tangan orang tersebut, aku melihat cincin yang samapersis dengan yang sedang kupakai. Aku shock..!! “ga’... ga’ mungkin ini Tora”,yakinku dalam hati. Setelah ditarik lebih keras lagi, akhirnya, wajah dari orang itu tampak lebih jelas. Dan,
“What? Tora? Ga’,,,aku pasti mimpi.. orang ini bukan Tora..!!! bukan..! wajahnya aja yang mirip..! dia bukan Tora..!!”, aku ingin meyakinkan diriku sendiri, namun, semuanya sudah jelas. Cincin itu, wajah itu, dan dororngan tangan itu. orang itu Tora. Semua bukti memang mengarah pada Tora..! Mama Tora yang baru saja datang, langsung menangis hiteris melihat putranya tergeletak tak bernyawa. Begitu juga dengan Ayah Tora. Sedangkan Mamaku, Ia memelukku sambil berucap,”sabar ya sayang... sabar”. Aku? Aku hanya berdiri diam disini,, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini semua terjadi begitu cepat. Hany air mataku yang terus mengalir dan itu telah menjawab semuanya. Betapa aku menyayangi Tora. Betapa aku kehilangannya. Betapa aku mencintainya.